Rayantara.com – Kalau dulu membuka media sosial berarti siap disuguhi giveaway, drama receh, atau konten yang menjual kemiskinan, sekarang ada sesuatu yang berbeda. Semakin banyak pengguna melaporkan FYP mereka diisi oleh diskusi serius, ulasan buku, bahkan pembahasan filsafat.
Apakah ini hanya kebetulan, atau ada kekuatan baru yang sedang bekerja di balik algoritma?
Friction Shifting Theory: Teori Baru dari Akademisi Indonesia
Jawabannya datang dari Ferry Irwandi, akademisi Indonesia yang kini sedang menempuh studi PhD di Monash University, Australia. Dalam videonya, ia memperkenalkan teori komunikasi massa baru bernama Friction Shifting Theory (FST) [03:53].
FST menjelaskan bahwa algoritma media sosial sebenarnya tidak pernah netral. Platform hanya ingin satu hal: menjaga atensi kita selama mungkin agar iklan lebih banyak terserap. Atau, dalam kata Ferry, ini adalah “game of attention” [09:28].

Sumber : Video YouTube Ferry Irwandi – Memanipulasi Kehendak Publik dengan Friction Shifting Theory
Bagaimana FST Mengakali Algoritma?
FST diibaratkan seperti sistem transmisi pada sepeda: dengan gesekan yang tepat, arah pergerakan bisa diubah. Begitu juga dengan algoritma—bisa digeser, bukan oleh satu orang, tapi lewat aksi kolektif.
Tiga Elemen Kunci dalam FST [11:12]:
- Source (Sumber): kreator konten yang membuat materi orisinal.
- Amplifier: orang yang mengunggah ulang atau memotong video sehingga lebih mudah tersebar.
- Banter: individu atau kelompok yang memicu diskusi, debat, bahkan pro-kontra, sehingga algoritma semakin “terpicu” untuk menyebarkan konten itu.
Ketiganya membentuk “gesekan” yang mampu mendorong algoritma menampilkan konten edukatif ke lebih banyak orang.
Bukti Nyata Pergeseran
FST bukan teori kosong. Ferry menunjukkan dampaknya secara langsung [13:47]:
- Diskusi filsafat meledak di media sosial.
- Buku-buku karya Malaka hingga tes IQ mendadak ramai dibeli.
- Konten edukasi mulai bisa bersaing dengan konten hiburan instan.
Fenomena ini menandakan bahwa ada perubahan nyata pada cara masyarakat menggunakan media sosial: lebih haus pengetahuan, lebih kritis, dan lebih terbuka pada diskusi serius.
Pesan untuk Kreator dan Akademisi
Di menit [19:17], Ferry memberikan pesan yang penting:
- Kreator jangan hanya mengejar viralitas dengan konten dangkal. Mereka punya peran besar membawa pengetahuan ke ruang publik.
- Akademisi perlu keluar dari “menara gading” mereka. Ilmu yang hanya ada di jurnal tidak akan mengubah masyarakat, tapi jika dibagikan lewat media sosial, ia bisa menjadi bagian dari diskusi luas yang membentuk kesadaran baru.
Kesimpulan: Saatnya Kita Ikut Menggeser Algoritma
Pergeseran FYP ke konten berkualitas bukanlah keajaiban. Ia adalah hasil dari Friction Shifting Theory, sebuah strategi kolektif yang bisa kita semua lakukan.
Kamu bisa menjadi Source, Amplifier, atau Banter. Tidak peduli peran apa yang kamu ambil, yang jelas kita punya kesempatan untuk menjadikan media sosial sebagai ruang belajar, bukan sekadar hiburan instan.
Kalau hari ini FYP-mu penuh diskusi, filsafat, atau buku, mungkin itu bukan kebetulan—itu adalah tanda bahwa masyarakat kita sedang berubah.
Penulis : Muhammad Nur Imam
Sumber: Video YouTube Ferry Irwandi – Memanipulasi Kehendak Publik dengan Friction Shifting Theory
Satu Komentar