Ketika Dunia Anime Dikuasai Demon Slayer
Kalau bicara soal anime di layar lebar beberapa tahun terakhir, sulit menyingkirkan Demon Slayer dari pusat perhatian. Film terbarunya, Infinity Castle Part 1, resmi tayang 18 Juli 2025 dan langsung jadi fenomena. Bukan hanya memecahkan rekor box office Jepang, tapi juga mengguncang pasar global.
Namun, selagi semua mata tertuju pada perjalanan Tanjiro dan kawan-kawan, ada satu nama lama yang tiba-tiba ikut meramaikan panggung: Gintama. Anime legendaris penuh humor satir itu mengumumkan proyek film baru Yoshiwara in Flames untuk tahun 2026, ditambah serial spin-off 3-nen Z-gumi Ginpachi-sensei yang tayang Oktober 2025.
Déjà Vu dari Tahun 2021
Bagi penggemar lama, kabar ini terasa seperti mengulang sejarah. Tahun 2021, saat Demon Slayer: Mugen Train sedang berada di puncak kejayaannya, Gintama: The Final justru dirilis berdekatan. Bahkan, tim produksi Gintama dengan santainya merilis merchandise parodi di mana karakter mereka didandani ala Kimetsu no Yaiba.
Alih-alih tenggelam, langkah “nyeleneh” itu justru bikin Gintama semakin disorot. Dunia tahu bahwa seri ini tidak pernah kehilangan identitasnya: berani menertawakan tren yang sedang hype.
2025: Strategi Lama, Efek Baru
Kini, di tahun 2025, pola itu seperti terulang. Demon Slayer kembali merajai bioskop, dan Gintama dengan timing jitu muncul membawa kabar besar. Bedanya, kali ini mereka bukan merilis film bersamaan, melainkan mengumumkan proyek mendatang. Tapi efeknya tetap sama: Gintama berhasil ikut naik ke arus percakapan global.
Apakah ini kebetulan? Atau memang langkah yang disengaja?
Analisis: Antara Kebetulan dan Sengaja
- Kebetulan yang Pas Waktu
Industri anime saat ini sedang dimanjakan oleh perhatian besar terhadap film layar lebar. Jadi wajar kalau pengumuman besar dilakukan saat hype masih tinggi. - DNA Parodi Gintama
Tapi, mengingat sejarah Gintama, sulit menganggap ini sekadar kebetulan. Serial ini sejak dulu selalu memanfaatkan tren pop culture untuk jadi bahan lelucon—dan kali ini tidak ada bedanya.
Kenapa Fenomena Ini Menarik?
- Membaca Momen: Gintama menunjukkan bahwa ikut momentum bisa sama kuatnya dengan melawan arus.
- Kekuatan Parodi: Identitas satir mereka justru jadi alat branding paling ampuh.
- Industri Anime Naik Kelas: Kejadian ini menegaskan bahwa anime bukan lagi tontonan niche, tapi sudah jadi hiburan arus utama dunia.
Penutup
Pengumuman Gintama: Yoshiwara in Flames dan 3-nen Z-gumi Ginpachi-sensei di tengah hype Demon Slayer: Infinity Castle Part 1 terasa lebih dari sekadar kebetulan. Ini strategi cerdas yang memperlihatkan betapa lihainya tim kreatif Gintama memanfaatkan momen.
Kalau Demon Slayer memberi kita kisah epik penuh emosi, Gintama tetap hadir sebagai “badut jenius” yang tahu cara mencuri perhatian tanpa kehilangan jati diri.
Pada akhirnya, penonton diuntungkan: semakin banyak film anime berkualitas, semakin kaya pula pengalaman yang bisa kita nikmati di layar lebar.
🔗 Punya opini atau ulasan tentang tren anime terbaru? Publikasikan tulisanmu di Rayantara. Klik di sini
Penulis : Muhamad Nur Imam