Warung di ujung gang, dengan lampu bohlam kuning pucat dan suara radio dangdut yang setia menemani, dulu adalah pusat segalanya. Tempat membeli kebutuhan harian, bertukar kabar, bahkan mengadu nasib soal harga cabai. Kini, banyak warung berganti rupa—entah jadi minimarket waralaba atau berpindah ke ranah digital: marketplace.
Perpindahan ini bukan sekadar soal tren. Ini adalah lompatan dari transaksi berbasis tatap muka, menuju interaksi layar-ke-layar. Dari memilih tomat sambil menawar harga, menjadi klik tombol “beli” dan menunggu kurir datang. Pertanyaannya, siapa sebenarnya yang diuntungkan?
Bagi penjual, marketplace menjanjikan jangkauan luas, sistem pembayaran terintegrasi, dan promosi masif tanpa harus membangun toko fisik. Tapi konsekuensinya, ada potongan biaya, persaingan harga yang brutal, dan aturan main yang dikendalikan platform. Sedangkan bagi pembeli, kemudahan dan promo jadi daya tarik utama—meski seringkali dibayar dengan data pribadi yang ikut terjual di balik layar.

Rayantara, sebagai media publikasi independen, membaca fenomena ini sebagai bagian dari ekosistem digital yang tak terelakkan. Karena itu, kami pun merambah ke marketplace seperti Shopee, bukan untuk menjual kopi sachet atau sendal jepit, melainkan untuk membuka akses publikasi yang lebih fleksibel. Kini, siapa pun bisa memesan jasa publikasi artikel—baik PKM, riset, opini publik, atau media promosi UMKM—langsung lewat Shopee.
Bagi yang ingin tetap klasik, kontak WhatsApp Rayantara yang tertera di beranda website tetap siap melayani. Tapi bagi yang nyaman belanja sambil rebahan, marketplace memberi kemudahan transaksi tanpa repot transfer manual.
Dan siapa tahu, di masa depan Rayantara tak hanya bermain di lapak orang lain. Ada rencana yang sedang kami rajut—membangun sistem marketplace inklusif milik sendiri. Sebuah ruang digital yang akan mempertemukan penulis, pembaca, dan pelaku usaha dalam satu ekosistem kreatif yang berkelanjutan.
Dari warung ke marketplace, dari tatap muka ke klik layar—perjalanan ini bukan sekadar soal jual-beli. Ini tentang bagaimana kita beradaptasi tanpa kehilangan ruh: rasa, cerita, dan nilai.
Rayantara percaya, setiap perubahan punya kisah yang layak dibagikan. Jika kamu punya opini, catatan lapangan, atau gagasan yang ingin dibaca publik, kirimkan karyamu ke Rayantara.
Kini, pilihan jalannya lebih fleksibel: bisa menghubungi kami langsung lewat WhatsApp yang tertera di beranda, atau lewat lapak Shopee di Rayantara Media Publikasi.
Tulis, publikasikan, dan biarkan suaramu menjadi bagian dari narasi negeri ini.
— oleh Redaksi Rayantara