Home / Sosial / Sebelum Jadi Pejabat, Belajar Komunikasi Publik Dulu

Sebelum Jadi Pejabat, Belajar Komunikasi Publik Dulu

Kata-Kata Bisa Jadi Kebijakan

Banyak pejabat di negeri ini sering kali jatuh bukan karena kebijakan, tapi karena ucapannya sendiri. Bukan soal angka dalam APBN, bukan juga regulasi yang rumit—melainkan satu kalimat yang lepas tanpa penyaring, lalu viral, lalu jadi bumerang.
Kita semua pernah mendengar: ucapan yang niatnya bercanda tapi menyinggung, kalimat yang ingin menenangkan tapi justru merendahkan, atau bahkan pernyataan yang memicu amarah publik.

Di era digital, satu kata bisa melesat lebih cepat daripada program kerja. Satu kalimat yang keluar di podium bisa menutupi capaian yang sudah dibangun bertahun-tahun.

Komunikasi Publik Itu Bagian dari Kepemimpinan

Kebijakan boleh hebat, data boleh lengkap, tapi kalau cara menyampaikannya arogan atau tidak empatik, yang tersisa hanyalah jarak antara rakyat dan pemimpin.
Komunikasi publik bukan sekadar “bicara di depan umum”—tapi tentang membangun kepercayaan. Tentang bagaimana pemimpin hadir tidak hanya lewat keputusan, tapi juga lewat kata-kata yang menenangkan, memberi arah, dan membangkitkan semangat.

Belajar dari Dunia Fiksi

Sumber gambar: Imdb.com

Kalau mau bercermin, bahkan dunia fiksi pun punya contoh. Dalam anime One Piece, ada Wapol dan kaum Tenryuubito—tokoh yang berkuasa tapi berbicara seenaknya, meremehkan rakyat seolah mereka tak berarti. Apa hasilnya? Bukan rasa hormat, melainkan kebencian.

Dan bukankah kita sering merasakan hal serupa di dunia nyata? Saat ucapan pejabat terdengar menyepelekan, saat rakyat hanya dianggap angka, saat komunikasi publik gagal menyentuh hati.

Harapan untuk Pemimpin Kita

Tulisan ini bukan untuk menggurui. Saya bukan pejabat, bukan pula orang paling pintar. Tapi justru karena kalian adalah orang-orang pintar dan terpilih, harapannya komunikasi yang dibangun bisa lebih cerdas, lebih bijak, dan lebih membumi.
Jangan biarkan kata-kata menjadi musuh yang diam-diam meruntuhkan kepercayaan. Jangan biarkan kalimat sederhana mencabut akar kepercayaan rakyat yang susah payah ditanamkan.

Akhir Kata

Sebelum jadi pejabat, belajar komunikasi publik dulu. Karena kepemimpinan bukan hanya soal kebijakan, tapi juga soal bagaimana ia berbicara. Kata-kata bisa membangun, tapi juga bisa menghancurkan.
Dan satu hal penting: rakyat bukan figuran. Mereka adalah alasan mengapa kepemimpinan ada.


Kalau kamu punya refleksi atau cerita tentang komunikasi publik di lingkunganmu—baik kampus, komunitas, atau organisasi—tuliskan di Rayantara. Narasi dari sudutmu bisa jadi cermin bagi banyak orang.

Klik di sini!

Penulis: Rifat Ardan Sany

Sumber gambar: onepiece.fandom.com

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *