Home / Opini / Fenomena Event Lari: Medali, Outfit, dan Ambisi

Fenomena Event Lari: Medali, Outfit, dan Ambisi

Beberapa tahun terakhir, event lari di Indonesia menjelma menjadi salah satu gaya hidup baru. Dari lomba 5K di kompleks perumahan, hingga marathon internasional di tengah kota besar, kalender olahraga terasa semakin padat dengan jadwal start. Media sosial dipenuhi foto-foto pelari tersenyum lebar sambil mengangkat medali, outfit warna-warni, dan caption yang penuh motivasi.

Namun, di balik gegap gempita itu, ada satu fenomena yang menarik: FOMO alias fear of missing out. Tak sedikit yang ikut mendaftar event lari hanya demi foto di garis finish, tanpa persiapan fisik yang memadai. Ada yang mengira, “Ah, 5 km kan cuma segitu.” Padahal bagi tubuh yang jarang digerakkan, jarak itu bisa terasa seperti maraton pribadi.

Medali: Simbol atau Sekadar Properti?

Bagi sebagian orang, medali adalah bukti pencapaian. Tapi tak jarang, medali juga menjadi “aksesori” yang dipamerkan tanpa benar-benar memahami proses di baliknya. Tidak ada yang salah dengan menikmati hasil, tapi jangan sampai nilai dari perjalanan itu hilang hanya karena terjebak euforia.

Outfit: Estetika dan Fungsi

Event lari memang melahirkan tren outfit keren: sepatu running edisi terbatas, jersey warna cerah, hingga topi visor yang Instagrammable. Namun, ingatlah bahwa pakaian lari bukan hanya soal gaya — tapi juga kenyamanan, sirkulasi udara, dan keamanan tubuh saat bergerak. Karena baju yang terlalu ketat atau sepatu yang tak sesuai bisa mengubah lari menjadi sesi struggle.

Ambisi: Lari Menuju Tujuan

Bagi pelari berpengalaman, event adalah momen untuk menguji batas. Bagi pemula, ini bisa menjadi gerbang menuju gaya hidup sehat. Tapi ambisi harus diimbangi dengan kesadaran diri. Lari tanpa latihan ibarat mengendarai mobil tanpa bensin — semangat ada, tapi tidak akan jauh melangkah.

Tips untuk yang Baru Pertama Kali Ikut Event Lari

  1. Latihan minimal 3–4 minggu sebelum hari H — fokus pada jarak yang akan ditempuh.
  2. Pilih sepatu yang sesuai — kenyamanan lebih penting daripada tren.
  3. Jangan langsung sprint di awal — atur ritme, simpan tenaga untuk akhir.
  4. Hidrasi yang cukup — minum air sebelum dan setelah lari, tapi jangan berlebihan saat start.
  5. Nikmati proses — tujuan utama adalah sehat, bonusnya adalah medali.

Event lari bisa membentuk pola hidup yang sehat, pertemuan komunitas, dan pesta energi positif. Bukan hanya soal jarak yang ditempuh, tetapi tentang cerita, persiapan, dan semangat yang dibawa setiap peserta. Di balik setiap medali dan outfit, ada narasi yang layak dibagikan Tak masalah ikut demi seru-seruan, asal dilakukan dengan sadar dan bertanggung jawab terhadap tubuh.

Rayantara percaya, setiap langkah punya cerita. Jika kamu ingin membagikan kisah lari pertamamu, refleksi tentang gaya hidup aktif, atau opini tentang tren olahraga, kirimkan tulisanmu di Rayantara.

Klik di sini!

Penulis: Rifat Ardan Sany

Sumber gambar: Freepik.com

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *